DurasiNTB

Lugas & Fakta

Iklan

terkini

Masyarakat Desa Beleka Daye lakukan Nede Lingkok Aik Inem, Warisan Leluhur Masyarakat Sasak.

Thursday, December 12, 2024, December 12, 2024 WIB Last Updated 2024-12-18T21:52:59Z
Acara 'Nede' Masyarakat Desa Beleke Daye. Kamis, (12/12/2024).


DurasiNTB - Nede merupakan sebuah tradisi spiritual yang dilaksanakan oleh masyarakat Sasak, khususnya di Pulau Lombok, yang bertujuan untuk memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa, terutama dalam hal hasil pertanian dan keberkahan hidup. 


Nede berasal dari bahasa Sasak yang berarti “berdoa” atau “memohon”, dan pada intinya adalah kegiatan ritual untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, serta kelimpahan rezeki. Sebagai bagian dari budaya agraris, Nede dilaksanakan dengan keyakinan bahwa doa-doa yang dipanjatkan akan mendatangkan hasil yang baik bagi pertanian mereka, khususnya pada musim panen.


Tradisi Nede dapat dilaksanakan pada berbagai waktu dalam setahun, sesuai dengan musim dan kebutuhan spiritual masyarakat, namun yang paling menonjol adalah Nede Lingkok Aik Inem, yang dilaksanakan di mata air sumur minum yang dianggap suci oleh masyarakat Desa Beleka Daye. Kegiatan Nede ini tidak hanya berfokus pada aspek spiritual, tetapi juga mencakup aspek sosial budaya yang erat kaitannya dengan kebersamaan antarwarga desa.


Sejarah dan Asal Usul Nede

Nede sebagai tradisi sudah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat Sasak dan terus dilestarikan secara turun-temurun. Pada zaman dahulu, Nede sering dilaksanakan di lokasi-lokasi tertentu yang dianggap memiliki nilai sakral, seperti di sekitar mata air atau tempat-tempat yang memiliki hubungan dengan alam, karena mereka meyakini bahwa alam dan Tuhan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. 


Salah satu lokasi yang sering digunakan dalam pelaksanaan Nede adalah Lingkok Aik Inem, yang terletak di Desa Beleka Daye, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah.


Pada masa lalu, masyarakat Desa Beleka Daye mengadakan acara Nede dengan tujuan untuk memohon agar hasil panen mereka dapat berlimpah dan tumbuh subur, terutama dalam menyambut musim hujan. Tradisi ini dilaksanakan dengan cara berdoa bersama, membaca lontar sebagai sarana untuk menyampaikan doa kepada Tuhan, dan berdoa di tempat-tempat yang memiliki nilai keramat, seperti sumur atau sumber mata air.


Pelaksanaan dan Tata Cara Nede Pelaksanaan Nede Lingkok Aik Inem melibatkan pemdes Beleka Daye,Ketua Lembaga Adat , Karang Taruna Desa Beleka Daye,Kyai sedesa Beleka Daye, serta masyarakat Desa Beleka Daye secara keseluruhan. 


Nede biasanya dilaksanakan menjelang musim hujan, yaitu pada bulan ke-7 menurut perhitungan kalender Sasak.

Tata cara pelaksanaan Nede memiliki ritual yang sangat khas. Salah satunya adalah Dulang Otak-Otak (Dulang Utama),yaitu sajian utama yang disajikan menggunakan dulang tinggi, sebuah tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang. 


Tiga dulang lainnya disajikan sebagai pendamping dulang utama, dan semua dulang tersebut beriringan dengan Magku atau Sesepuh yang dihormati oleh masyarakat, yang memiliki kelebihan khusus dalam hal spiritualitas.


Ritual nede dimulai dengan doa dan zikir bersama, yang diiringi dengan musik gendang belek yang menambah khidmat acara. Selain itu, dulang atau pesaji masyarakat umum juga berperan dalam memperkaya suasana, menguatkan kebersamaan, serta memberikan rasa syukur kepada Tuhan atas segala yang telah diberikan.


Makna  Nede bagi masyarakat Desa Beleka Daye, Tradisi Nede bukan hanya sebuah kegiatan ritual, tetapi  merupakan sarana untuk menumbuhkan rasa kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur terhadap Tuhan. Penulis akan menyampaikan beberapa makna nede sebuah tradisi masyarakat sasak.


Memohon Kelimpahan Hasil Pertanian

Nede dilaksanakan dengan harapan agar hasil pertanian terutama padi dan tanaman lain dapat tumbuh dengan subur dan melimpah. Masyarakat sasak khususnya di desa Beleka Daye yang mayoritas hidup sebagai petani sangat bergantung dari hasil panen saat musim hujan agar terpenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.


Menjaga Kelangsungan Tradisi

Sebagai salah satu warisan budaya yang sangat dihormati, Nede merupakan salah satu cara untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya Sasak, baik dari segi adat istiadat maupun kepercayaan spiritual yang diwariskan oleh nenek moyang. 


Dalam pelaksanaannya, masyarakat juga mengenakan pakaian adat Sasak sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan tradisi yang telah ada.


Mempererat Tali Persaudaraa

Nede berfungsi untuk mempererat hubungan antar warga desa, dalam tradisi ini semua elemen masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa berbondong-bondong mengikuti acara, kegiatan seperti makan bersama, zikir, dan doa menciptakan ikatan sosial yang kuat antar warga, mempererat rasa kebersamaan dan solidaritas.   


Sebagai Sarana Pendidikan Spiritual

Nede mengandung nilai-nilai spiritual mendalam, mengajarkan masyarakat untuk selalu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan, dan untuk selalu mengharapkan berkah dalam setiap aspek kehidupan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan menjadi wadah generasi muda untuk belajar tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan Tuhan, alam, dan sesama manusia.


Peran Nede dalam Kehidupan Sosial dan Budaya, Nede bukan hanya sekadar sebuah ritual keagamaan atau adat, tetapi juga merupakan bagian penting dari identitas sosial dan budaya masyarakat Sasak. Dalam tradisi ini, masyarakat terlibat dalam berbagai kegiatan sosial yang melibatkan semua kalangan, anak-anak, remaja maupun orang dewasa.  Seluruh lapisan masyarakat berpartisipasi aktif.


Alat musik tradisional yakni Gendang Beleq yang mengiringi masyarakat ke tempat ritual yang dimainkan dalam acara Nede, turut menambah kemeriahan dan memperkaya suasana. Gendang Belek mengiringi setiap prosesi dengan alunan musik yang khas, menggambarkan semangat dan kegembiraan seluruh masyarakat yang hadir. 


Musik ini juga memiliki nilai simbolis, sebagai penghubung antara dunia manusia dan dunia spiritual.


Acara seperti Nede Lingkok Aik Inem adalah kesempatan bagi masyarakat untuk tidak hanya berdoa, tetapi juga untuk merayakan keberadaan mereka sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar. Ini adalah momen di mana mereka bersatu dalam doa, kerjasama, dan kegiatan sosial yang memperkuat ikatan sosial. 


Selain itu, acara ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan tradisi dan nilai-nilai budaya Sasak kepada generasi muda dan masyarakat luar. Melalui Nede, masyarakat Beleka Daye memastikan bahwa warisan budaya mereka tetap hidup, relevan, dan terus berkembang meskipun zaman terus berubah.


Lokasi yang dianggap sakral, seperti Lingkok Aik Inem (mata air suci), tidak hanya mengandung makna spiritual, tetapi juga berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana. Mata air dan sumber daya alam lainnya dipandang sebagai entitas yang harus dihormati dan dilestarikan, dengan tujuan untuk menjaga kelestarian alam bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, Nede bukan hanya soal memohon, tetapi juga tentang pengakuan dan penghormatan terhadap keseimbangan alam dan sumber daya yang ada.


Biodata Penulis

Amelia Meinita Linda

Pengurus HMI Komisariat Ummat

Mahasiswi Fisipol Universitas Muhammadiyah Mataram.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Masyarakat Desa Beleka Daye lakukan Nede Lingkok Aik Inem, Warisan Leluhur Masyarakat Sasak.

No comments:

Post a Comment

Terkini

Topik Populer

Iklan