Babinsa Hariyanto, Prajurit TNI berpangkat Serka asal Desa Rumbuk Kecamatan Sakra Lombok Timur ini tidak dapat menahan haru bahagia saat dirinya tau desa Loyok terpilih menjadi salah satu locus kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Tahun 2024.
"Alhamdulillah, perjalanan panjang ini menuai hasil, terimakasih banyak kepada semua pihak, semoga membawa berkah untuk Desa Loyok", ungkapnya dengan mata terlihat berkaca-kaca saat ditemui Media DurariNTB di Kantor Desa Loyok Senin, (05/8).
Babinsa kelahiran Mei Tahun 1976 ini mengenang perjalanan panjang dirinya sebelum hadirnya program TMMD di Desa penempatannya. Tanpa lelah, dirinya bersama Pemerintah desa inten menjemput bola membangun komunikasi dengan Kodim 1615 Lombok Timur. Menceritakan sejujurnya tentang permasalahan atas kondisi yang sedang dialami. Hal itu dilakukannya dengan satu harapan, mimpi warga Desa Loyok bisa menjadi nyata.
Dimana, warga tidak lagi antri membawa ember dan jerigen mengambil air di kampung sebelah hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan dapur. Warga tidak lagi mengais asa dengan menunggu dan berebut air irigasi di malam hari guna mengairi sawah mereka. Serta warga tidak lagi harus berjalan jauh berputar mengelilingi kampung sebelah hanya untuk menuju lokasi Pemakaman Umum yang pada dasarnya berjarak sangatlah dekat.
"Kita sebagai abdi negara hanya bisa berbuat semampu kita, selebihnya tergantung kebijakan dan penilaian pimpinan", tuturnya.
Sekitar dua bulan lamanya, bapak yang dikaruniai 4 (empat) anak ini harus ikhlas pulang larut malam guna memastikan tidak ada komplain warga terhadap rencana pelaksanaan program TMMD. Memastikan siapa yang benar-benar berhak dan layak mendapatkan bantuan sasaran tambahan rehab RTLH. Memastikan pemilik lahan yang menjadi sasaran pelebaran jalan menuju Pemakaman Umum berbuah kata sepakat.
Prajurit berseragam loreng yang genap 7 (tujuh) tahun mengabdi di Desa Loyok ini kerap mengajak Bhabinkamtibmas door to door berkeliling mendatangi warga melakukan sosialisasi. Guna memastikan sikap serius warga untuk bersinergi bersama TNI mensukseskan program TMMD.
Mengedepankan sinergitas adab dan adat adalah prinsip utama yang selalu terpatri dalam dirinya. Adab dalam bertutur kata dan melayani sesama. Serta adat menghormati kearifan warga sebagai pewaris budaya.
"Kalau mau disayang masyarakat, dimanapun penempatan kita, tetap adab dan adat itu yang utama", terangnya.
Bagi prajurit yang satu ini, kesuksesan terindah adalah saat makna kata manunggal pada arti TMMD bisa dipahami dan dilaksanakan warga di desa yang menjadi tempat pengabdiannya. Mengingat TMMD tidak akan sukses dan berjalan sesuai rencana manakala warga masih enggan berkontribusi melalui mekanisme swakelola.
Pak Anto panggilan akrabnya, Babinsa humble nan murah senyum ini juga menanamkan makna itu kepada sekumpulan emak - emak yang menjadi penyuplai kebutuhan dasar. Mereka diminta semampunya untuk berkontribusi walau hanya lewat secangkir kopi.
Maka tidaklah heran manakala program TMMD hadir di Desa Loyok, antusias warga begitu terlihat nyata. Asap dapur emak emak tetap mengepul, warga tua muda berjibaku membantu. Sebagai buah dari perjalanan panjang sosialisasi seorang perwira TNI bapak Haryanto.
Dibalik perjalanan hebat seorang prajurit TNI ini, sejatinya pikirannya rapuh karena ada sebait cerita pilu yang menyayat qolbu. Saat dirinya pulang dalam tugas, hari harinya akan disambut dengan kondisi sang istri yang tak kunjung membaik. Sudah bertahun-tahun lamanya istrinya menderita penyakit. Meskipun berbagai ikhtiar pengobatan tetap terus dilakukan. Saat penulis menelisik terkait penyakit yang diderita istrinya, sembari matanya berkaca kaca, iapun enggan untuk bercerita guna menjaga rahasia keluarga.
"Jangan kalau soal yang satu ini, rahasia keluarga, tapi mereka istri dan anak anak saya adalah penyemangat dalam hidup saya," tukasnya.
Beruntung, keempat buah hatinya yang masih duduk di bangku sekolah dan bangku kuliah selalu menjadi pelipur lara. Melihat kondisi sang ibu, dua anaknya yang sudah menginjak remaja, lebih memilih melanjutkan kuliah di Universitas yang lokasinya terbilang dekat. Sehingga keberadaan mereka selalu ada manakala dibutuhkan orang tua.
Namun, bukanlah prajurit berjiwa Korsa namanya jika harus dirundung dalam pilu. Serka Hariyanto yang akan purna tugas pada tahun 2029 ini tetap terlihat tegar menafkahi istri dan ke empat buah hatinya dengan penuh sabar dan ikhlas. Sembari berharap mukjizat, suatu saat penyakit yang diderita istrinya diangkat Tuhan yang maha Esa. Sehingga dia bisa bersenda tawa berbagi cerita bersama istri dan anak - anaknya seperti sedia kala.
"Sampai kapanpun selalu ada doa untuk istri saya, saya berharap dia bisa sembuh dan ceria seperti dulu lagi ", ungkapnya dengan berkaca-kaca.
Saat ditanya soal impian dalam jenjang kariernya atau pangkat terakhir menjadi Prajurit TNI yang diinginkan, sambil tersenyum dia mengatakan tidak terlalu ambisi dengan pangkat tinggi. Dia takut hal itu akan mendatangkan rasa riya' dalam dirinya. Ia sangat bersyukur atas apa yang dia dapatkan saat ini. Namun dibalik itu, dia justru berharap kepada Tuhan yang Maha Esa agar pimpinannya, Komandan Kodim 1615/Lotim Letkol Inf Bayu Sigit Dwi Untoro selaku Komandan Satgas TMMD bisa cepat naik pangkat dan mendapatkan kelapangan dalam setiap tugas yang diembannya.
"Terimakasih tak terhingga untuk Komandan kami atas respon cepatnya memilih Desa Loyok sebagai locus kegiatan program TMMD, semoga beliau bisa cepat naik pangkat dan dimudahkan dalam setiap urusan", ucapnya.
Penulis mencoba menelusuri kebenaran berita sosok Serka Haryanto. Di ujung jalan setapak arah menuju Pemakaman umum Desa Loyok tinggal seorang nenek tua yang sudah buta, ibu dari Mahnim (75) penerima manfaat RTLH Program tambahan TMMD Ke - 121 Kodim 1615/Lotim yang hanya ditemani cucu semata wayang. Ia bercerita bagaimana Serka Haryanto ditemani pihak desa sering menyambangi dirinya yang sudah berusia mendekati satu abad dan sering sakit - sakitan. Memberinya motivasi dan membantu penanganan guna mendapatkan proses pengobatan gratis.
"Dia sudah kayak anak saya, kalau butuh apa - apa terutama untuk pengobatan, dia sama pihak desa cepat datang membantu", bebernya.
Cerita lain datang dari Pejabat Kades Desa Loyok Samuel Khair yang kerap khawatir karena sering melihat Serka Haryanto pulang larut malam hanya untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat sesuai amanah yang diembannya.
"Jujur, saya sering khawatir karena tidak jarang selama program TMMD ini sampai jam 02.00 baru dia pulang, luar biasa loyalitasnya", tuturnya.
Tokoh agama Ustadz Mawardi Khair bercerita bagaimana sikap Serka Haryanto yang suka membaur dan selalu hormat sama siapa saja. Dari golongan remaja hingga para sepuh dihormatinya, bahkan sosoknya bagai pelipur lara bagi mereka anak - anak yang sudah kehilangan orang tua. Sehingga kehadirannya dinilai mampu mengubah stigma masyarakat yang tadinya sungkan bahkan takut saat didatangi bapak berbaju loreng. Kini berbalik menjadi rindu manakala si baju loreng sedang tidak berada di desanya.
"Alhamdulillah, sekarang warga sudah bisa membaur dengan seragam loreng yang dulunya takut dan segan, kami kira ada masalah saja baru kami di cari", ucapnya.
Mursidin tokoh pemuda Desa Loyok menilai positif sosok prajurit ini, ia bercerita bagaimana keberadaan prajurit ini membuat para pemuda enggan untuk berbuat sesuatu yang bisa mencoreng nama baik desa. Sehingga terlihat cukup berbeda dengan kondisi Desa Loyok jauh sebelum kedatangannya yang terbilang rawan pencurian.
"Semoga Serka Haryanto tercapai apa yang menjadi impiannya karena pengabdiannya di Desa Loyok ini sangat luar biasa", tandasnya.
Semuanya berucap syukur dan terimakasih yang tak terhingga sembari menitip do'a semoga Babinsa Serka Haryanto senantiasa diberikan kesehatan dan kelapangan oleh Tuhan yang Maha Esa dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi negara. (red/yat)
No comments:
Post a Comment