DurasiNTB

Lugas & Fakta

Iklan

terkini

Buntut Kematian Haerul Wardi, Masa Aksi Minta Direktur RSUD Selong Dicopot.

Thursday, July 25, 2024, July 25, 2024 WIB Last Updated 2024-07-26T16:51:29Z
Pj.Sekda Lotim H.Hasni, SE.,M.Ak. Di Dampingi Asisten I dan II Setda Lotim saat Menerima Masa Aksi. Kamis, (25/07/2024).


Lombok Timur -  Buntut meninggalnya salah satu pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Soedjono Selong yang diduga ditelantarkan dan telat penanganan karena terganjal biaya membuat  Aliansi Rakyat Bersuara (ARB) geram.



Mereka melakukan aksi Demo di depan Kantor Bupati  Lombok Timur yang salah satu tuntutannya meminta Pj.Bupati bersikap tegas dan mencopot jabatan dr.H.M.Hasbi Santoso sebagai Direktur RSUD. Raden Soedjono Selong.



Koordinator Umum (Kordum) aksi Aliansi Rakyat Bersuara Yusfa dalam orasinya menyayangkan  atas tindakan Direktur RSUD  Selong  atas tindakan anak buahnya yang tidak mementingkan sisi kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa pasien. Petugasnya  terkesan  hanya mementingkan uang baru mengambil tindakan. Sehingga menyebabkan pasien atas nama Khairul Wardi meninggal dunia.



"Kita sangat menyayangkan,  ini tidak bisa dibiarkan. Karena itu kami meminta Pj Bupati Lombok Timur pecat Direktur RSUD Raden Soedjono Selong," teriak Yusfa dalam orasinya pada Kamis, (25/07).



Lebih lebih Direktur RSUD Raden Soedjono Selong lanjut Yusfa menyatakan di salah satu media dirinya siap mundur jika ada warga Lombok Timur yang sakit tak punya biaya lalu tidak ditangani dengan cepat di RSUD Raden Soedjono Selong. Karena itu semua masa aksi menuntut sikap tegas Pj.Bupati Lotim H.M.Juaink Taofik agar  mencopot Direktur RSUD Selong dr.Hasbi Santoso dari jabatannya karena dianggap tidak mampu melayani masyarakat yang sakit dengan baik.



"Ini mencoreng status Lombok Timur yang katanya sudah WTP tapi masih mementingkan uang dari dari pada nyawa masyarakat," cetusnya.



Pj. Sekretaris Daerah H. Hasni, SE.,M.AK  didampingi Asisten I Bidang Hukum dan Pemerintahan dan Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Lotim yang menemui masa aksi menyampaikan, bahwa Pj. Bupati  juga sudah melakukan pembinaan dengan mempertemukan Direktur RSUD Raden Soedjono Selong dengan pihak Kepala Desa sebagai perwakilan keluarga Pasien yang meninggal duni untuk mendengarkan kronologisnya.



Disampaikannya, status Lombok Timur memang sudah WTP. Artinya jika BPJS pasien tidak aktif atau Kartu Keluarga tidak ada,  tetap  akan dibuatkan langsung proses administrasinya di Rumah sakit. 



Ia mengatakan bahwa proses penanganan pasien berdasarkan informasi yang diterima sudah ditandatangani sesuai regulasi. Mengingat saat itu Pasien sudah sudah di tangani sesuai SOP oleh petugas UGD. Jika kemudian ada  satu dari sekian banyak pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit kemudian ada masyarakat yang menggunakan pelayanan umum.



"Berdasarkan penelaahan berdiskusi dengan pihak manajemen Rumah sakit, ternyata anak ini sebelumnya dia pernah jatuh dulu di rumahnya. Kemudian beberapa hari dia dibawa ke Puskesmas karena tidak bisa ditangani di Puskesmas maka dirujuk lah dia ke RSUD R Soedjono tentu dengan SOP", pungkasnya.



Dari keterangan yang diterima Pemda Lotim, pihak Rumah sakit juga sudah memberikan  infus dan diinjeksi dengan obat-obat untuk penanganan kejang anak tersebut.



"Dari keterangan pihak rumah sakit dia sudah kejang-kejang dan bola matanya sudah kelihatan yang putih saja", imbuhnya.



Masih kata H.Hasni mengutip keterangan yang diterima pihak RSUD,  pada saat penanganan   ada salah satu dokter spesialis anak ingin melakukan deteksi melalui alat CT scan untuk memastikan bekas benturan yang ada di kepala pasien.



"Karena kondisi anak ini sedang kejang-kejang dan bola mata putihnya saja kelihatan sehingga dari SOP yang ada di Rumah sakit tidak diperkenankan untuk dilakukan CT scan kemudian ditangani dulu dari pengobatan yang ada", urainya.



Pj.Sekda juga menambahkan bahwa saat itu keluarga pasien statusnya pada posisi tidak memiliki BPJS. Namun pasien tetap ditangani sesuai SOP yang ada di rumah sakit. Petugas juga sempat memberikan edukasi terhadap keluarga pasien bahwa akan  dilakukan CT scan jika kondisi pasien lebih baik.


"Ada memang pembiayaan waktu itu tetapi bukan karena tidak ada biayanya sehingga tidak ditangani, namun menunggu kondisi pasien lebih baik dulu baru dilakukan city scan", dalihnya.


Salah satu orator masa aksi Hadi Tamara mempertanyakan data pada Pj. Sekda yang berani  mengatakan anak itu di CT scan karena menunggu kondisi membaik bukan karena biaya.


"Liat berita-berita yang beredar, bagaimana anak itu ditelantarkan. Seharusnya dengan program WTP fungsinya untuk memudahkan pelayanan bagi masyarakat Kabupaten Lombok Timur terkait administrasi,"kesalnya.


Walau dijelaskan panjang lebar alasan penanganan Pasien yang sudah dinyatakan meninggal dunia, masa aksi tetap menuntut   Direktur RSUD R. Soedjono Selong di pecat dari jabatannya karena dianggap tidak berkompeten.  


"Atau Pemda tidak berani memecat yang bersangkutan. Jika tuntutan kami tidak digubris kami akan melakukan aksi berjilid-jilid," tandasnya sembari masa aksi membubarkan diri dengan tertib. (red)

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Buntut Kematian Haerul Wardi, Masa Aksi Minta Direktur RSUD Selong Dicopot.

No comments:

Post a Comment

Terkini

Topik Populer

Iklan