Photo Istimewa drh.Hultatang, Kepala Bidang (Kabid) Keswan & Masyarakat Veteriner, Jum'at (5/4/2024). |
Lombok Timur _ Dari hasil pantauan Media ini, dibeberapa pasar becek atau pasar tradisional masih terlihat aktifitas pedagang daging yang menjual daging beku. Tak jarang, daging beku disandingkan atau di campur dengan daging segar. Penjualan daging beku di pasar becek atau pasar tradisional tersebut juga disoroti Disnakeswan Lotim.
Peredaran Daging Beku ternyata sering di dicampur dengan daging segar dengan alasan agar harga beli konsumen bisa terjangkau.
Melihat kondisi ini, Disnakeswan Lotim melalui Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner (Mavet) angkat bicara. Menurutnya jika masyarakat selaku konsumen ingin membeli daging, maka harus pintar memilih agar mengenali mana yang di campur, mana yang daging beku tapi sudah di encerkan dan mana yang daging segar.
"Kalau daging segar dijual dalam bentuk segar, kalau tidak habis biasanya disimpan dulu dalam pendingin atau freezer. Kalau daging beku dijual dalam bentuk beku, tapi kalau dibuka dan dibiarkan dalam waktu yang lama tentu kurang baik untuk kesehatan ", teramg drh.Hultatang, Kabid Keswan dan Mavet Disnakeswan Lotim, Rabu (3/4).
Mengingat lanjut Hultatang, Daging apapun kalau terlalu lama di pajang akan menyebabkan datangnya Bakteri Mikroba. Sehingga akan mendatangkan bau busuk dan warnanya yang segar kemerahan akan berubah menjadi agak kehitaman.
Sementara jika berbicara daging Beku, menurutnya harus disimpan di dalam Cool stored dengan suhu dingin tertentu kemudian dijual dalam porsi dan kondisi beku.
Masih kata Hultatang, jika daging beku masuk ke Pasar becek atau pasar tradisional dianggap tidak layak karena di Pasar Pasar Tradisional tidak menyiapkan fasilitas rantai pendingin seperti Cool stored. Sehingga lebih pas dan layak jika di jual di Supermarket atau Toko - Toko besar yang menyiapkan fasilitas rantai dingin.
"Seharusnya yang menyiapkan Cool Stored atau Freezer seperti Mini market, Mini mall, Toko Toko Swalayan", imbuhnya.
Terkait campuran daging beku dan daging segar, pihaknya mengakui berdasarkan pengalaman temuan ditahun tahun sebelumnya biasanya bukan dicampur tapi disandingkan dengan Daging Segar. Kemudian daging segar dan daging beku terkadang dicampur dengan tujuan harganya bisa dijangkau konsumen dengan ekonomi pas pasan.
Ia menambahkan jika Daging Beku di encerkan lalu dijual di Pasar Becek atau Pasar Tradisional maka daging tersebut harus segera diproses atau diolah. Agar tidak mendatangkan cemaran Bakteri Mikroba yang tinggi yang menyebabkan daging tersebut berubah warna. Atau mendatangkan bau busuk yang bisa menyebabkan datangnya penyakit.
"Daging beku biasanya didiamkan dalam waktu yang lama, begitu dibuka dan diecer maka akan terjadi kontaminasi udara disana. Sehingga daging beku tersebut akan berubah warna menjadi gelap yang kadang sampai warna hijau, itu tentu kurang baik untuk kesehatan ", detailnya.
Sementara untuk daging oplosan imbuh Hultatang adalah percampuran antara daging Sapi dan daging selain Sapi seperti Babi dan sejenisnya. Namun, guna mengenali daging oplosan, bisa dilihat dari warna tekstur daging dan serat atau pori-pori pada daging. Serta bau daging akan berbeda, jika bau Sapi dia lebih khas dan tidak amis sedangkan bau Babi agak amis mendekati bau Ikan.
Terakhir Disnakeswan mengimbau kepada masyarakat selaku konsumen untuk cerdas memilih daging. Meskipun kondisi keuangan sekiranya tidak mencukupi, pihaknya mengatakan tidak mengapa membeli yang sudah di campur namun haru segera di olah dan diperhatikan tingkat higienis nya.
Dimana, menurutnya masyarakat lebih cerdas dan tau mana daging segar dan mana daging beku. Artinya jika dagingnya seperti batu, berair atau dingin tentu sudah dipastikan tidak segar. Sementara kalau daging segar hangatnya terasa, tidak berair dan dagingnya elastis.
"Kami dari Disnakeswan mengajak kepada masyarakat kalau mau beli daging beku, belilah dalam bentuk yang masih benar benar beku itu lebih baik, dan kalau mau beli daging segar pilihlah yang masih hangat, tidak berair dan dagingnya elastis ", pintanya. (red)
No comments:
Post a Comment