dr.Hultatang - Kabid Keswan & Masyarakat Vetriner Disnkeswan Lotim. |
DurasiNTB.Opini. Akhir - akhir ini kita disibukkan dengan berbagai penyakit baik itu penyakit pada manusia yaitu covid19. Kemudian dilanjutkan dengan penyakit hewan yaitu penyakit mulut dan kuku (PMK) khususnya ternak sapi kemudian munculnya penyakit pada unggas yang sudah endemis yaitu flu burung.
Selain itu juga kita dihadapkan dengan persolan kualitas protein hewani yaitu daging dan telur yang berpotensi memiliki residu antibiotik dan cemaran mikroba.
Dengan perubahan iklim, metabolisme tubuh, tingkat residu antibiotik dan cemaran mikroba kita akan dihadapkan dengan beberapa hal yaitu penyakit zoonosis ( penyakit yang menular dari hewan ke manusia ) dan penyakit infeksi baru.
Sehingga langkah yang dibutuhkan adalah peran serta semua pihak untuk melakukan tindakan pencegahan, pengendalian dan pengobatan. Terutama kesadaran para ternak untuk tetap menjaga kebersihan kandang baik yang kolektif maupun pribadi.
Dengan kondisi tersebut maka Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui Bidang kesehatan hewan dan masyarakat vetriner (Keswan & Mavet) sudah membentuk Team Reaksi Cepat yang disingkat TRC ditingkat Dinas dan Kecamatan ( Puskeswan ) untuk merespon setiap laporan dari masyarakat. Sementara itu, ditingkat desa juga akan dibentuk SBM ( surveilance berbasis masyarakat ).
Ketika ada kasus di masyarakat maka SBM inilah yang akan melapor melalui laporan online. Kemudian laporan direspon oleh otoritas veteriner dan dokter hewan berwenang untuk dilakukan tindakan pencegahan, pengendalian dan pengobatan, penegakan diagnosa, melakukan edukasi ke masyarakat.
Untuk mewujudkannya, dibutuhkan kerjasama antara Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan Pemerintahan desa, dimana Dinas membentuk Team Reaksi Cepat (TRC) dan desa membentuk SBM. Dananya melalui dana ketahanan pangan dan hewani. Caranya bisa mewujudkan program tersebut adalah bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lombok Timur.
No comments:
Post a Comment