Misoq Meniq Salah satu prosesi dalam maulid Nabi SAW adat Bayan Lombok Utara |
Lombok Utara -- Pengaruh penyebaran agama Islam di Pulau Lombok tidak bisa lepas dari peran penting Wali Songo yang berdakwah di Tanah Lombok sekitar abad ke-16. Dalam perjalanannya menyebarkan ajaran Islam di pulau yang kini dikenal dengan julukan seribu masjid. Para wali, menyatukan tradisi adat istiadat setempat yang dicampurkan dalam ajaran islam terutama pada suku Sasak.
Hal itu dibuktikan dengan adanya pusat peribadatan berupa Masjid Beleq Bayan yang diyakini masyarakat menjadi Masjid pertama di Lombok dan melahirkan tradisi Maulid Nabi Adat Bayan. Maulid Nabi Adat ini, diselenggarakan selama 2 hari setelah peringatan kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiulawal, di hitung berdasarkan ‘Sereat’ (Syari’at) adat gama Bayan atau yang dikenal dengan “Mulud Adat Bayan”.
Setelah dua hari dari hitungan tersebut, baru kemudian pada tanggal 14 dan 15 Rabiulawal, masyarakat Suku Sasak khususnya Bayan melaksanakan peringatan Maulid kelahiran Nabi Muhammad SAW dalam tradisi Mulud Adat Bayan.
Salah satu rangkaian acara dalam kegiatan ini dimulai dengan menumbuk padi menggunakan alat tradisional kemudian ritual lain berupa Ngegelat, sampai menyembeq turut menyemarakkan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Hari pertama perayaan maulid adat ini, ditandai dengan penyerahan hasil bumi kepada "Inan Meniq" yaitu seorang perempuan yang menerima hasil bumi dari para warga. Nantinya hasil bumi tersebut akan diolah menjadi hidangan (sajian) untuk dihaturkan kepada ulama dan tokoh adat sasak Bayan dikeesokan hari pada hari ke dua Mulud Adat.
Ini adalah bentuk syukur warga atas penghasilan yang didapatkan. Kemudian melalui Inan Meniq, setiap warga akan mengutarakan hajatnya yang kemudian akan diberi tanda dari hasil pama'an daun sirih pada dahi masing-masing dan oleh masyarakat menyebut tradisi ini dengan tradisi Menyembeq.
Selanjutnya masyarakat bergotong royong membersihkan tempat sekam,tempat alat-alat penumbuk padi, membersihkan tempat Gamelan Gendang Gerantung, setibanya Gendang Gerantung di tempat yang sudah disediakan kemudian dilakukan acara ritual penyambutan dan serah terima dengan ngaturan Lekes Buaq/sirih dan pinang. Setelah itu rangkaian Mulud Adat pun dimulai.
Pada malam harinya bertepatan dengan bulan purnama dengan hiasan umbul-umbul yang sudah terpasang pada setiap pojok Masjid Kuno Bayan. Para tokoh Adat dan tokoh Agama mulai melakukan ritual adat “Ngengelat” yakni mendandani sisi dalam ruangan Masjid Kuno dengan simbol-simbol sarat makna.
Disaat para pemain gamelan sudah memasuki halaman Masjid Kuno Bayan menandakan acara "Presean" antara dua pemuda dengan menggunakan rotan sebagai alat pemukul dan perisai yang terbuat dari kulit sapi sebagai pelindungnya segera dimulai.
Permainan yang dihelat tepat didepan Masjid Kuno Bayan ini, bukan didasari rasa dendam atau merasa jagoan tetapi hal tersebut bagian dalam ritual hiburan. Apabila salah seorang terluka, diakhiri dengan permintaan maaf. Ini merupakan tradisi ritual dan hiburan Mulud Adat yang dilakukan sejak berabad-abad lamanya.
Setelah acara “Presean” para tokoh Adat, tokoh Agama beserta tokoh-tokoh masyarakat lainnya berkumpul di “Berugaq Agung” untuk berdiskusi,bercerita lepas dan merencanakan segala hal.
Pada hari kedua 15 Rabi’ulawal perempuan adat memulai kegiatan dengan “nepiq beras” yaitu membersihkan beras yang telah di Rantok kemudian dilanjutkan dengan “Misoq Meniq” (mencuci beras).
Misoq Meniq dilakukan para wanita dalam keadaan suci, bahkan saat menjalankannya, tidak boleh menoleh dan memotong jalan barisan, berbicarapun tidak diperbolehkan.
Lokasi Misoq Meniq yaitu di sebuah mata air Lokoq Masan Segah. Dimana tempat tersebut adalah tempat yang dikhususkan mencuci beras dikala ritual dilaksanakan.
Setelah beras dicuci lalu dimasak menjadi nasi tibalah saatnya untuk “Mengageq” yaitu menata hidangan diatas sebuah tempat yang dibuat dan dirancang sedemikian rupa yang disebut “Ancaq”
Sore harinya, Praja Mulud atau para pemuda Adat yang telah didandani menyerupai dua pasang pengantin. Diiringi bersama-sama dari rumah Pembekel Beleq Bat Orong atau Pemangku adat. Mereka akan diarak menuju Masjid Kuno dengan membawa sajian yang berupa hidangan seperti nasi dan lauk pauknya.
Praja Mulud ini menggambarkan proses terjadinya perkawinan Adam dan Hawa, yang disimbolkan dengan pasangan pengantin yang dilakukan oleh pranata-pranata adat Bayan. Kedekatan antara perempuan dengan makanan itulah yang saat ini terjadi dalam tradisi Maulid Nabi Adat Bayan.
Hubungan antara perempuan dengan makanan memang tidak dapat dipisahkan. Perempuan, sudah memberi makan anak-anaknya sebelum anak tersebut menghirup napas kehidupan. (*)
No comments:
Post a Comment